Upacara adat Jawa Timur (Surabaya) dan gambar serta penjelasannya informasi penting yang harus dibaca oleh semua warga Indonesia. Dibaca oleh mereka yang cinta terhadap khazanah budaya Indonesia, mulai dari sebelum masa penjajahan, masa penjajahan sampai era kemerdekaan.
Upacara adat Jawa Timur dalam bahasa Jawa banyak juga dicari oleh para siswa yang belajar di sekolah. Baik utuk membuat kliping atau ulasan terkait tradisi Indonesia. Harapannya, para siswa itu tidak sekedar tahu saja, namun lebih mau sadar budaya sehingga tumbuh dalam dirinya untuk terus merawat dari masa ke masa.
Sebelum datangnya agama Islam di nusantara, ada banyak tradisi, kebiasaan yang sudah menjadi hukum adat dimasyarakat Indonesia. Sampai saat ini masih ada budaya tersebut yang terus dijaga eksistensinya. Meski ada juga yang sudah tinggal nama saja.
Pada kesempatan ini, kami akan mengulas tradisi atau kebiasaan yang ada di Jawa Timur guna melengkapi artikel sebelumnnya. Dahulu kami pernah menulis artikel upacara adat Aceh, upacara adat Sumatera Utara dan upacara adat Lampung serta upacara adat Sumatera Barat. Anda bisa membacanya usai selesai membaca yang ini.
Berikut adalah nama-nama upacara adat Jawa Timur disertai gambarnya.
1. Labuh Sesaji
Labuh Sesaji merupakan upacara adat Jawa Timur yang waktunya tahunan diselengarakan di Telaga Sarangan. Tradisi ini diadakan pada bulan Ruwah, hari Jum’at Pon yang bertujuan sebagai ucapan terima kasih dari masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Jawa Timur beranggapan Telaga Sarangan merupakan hadiah dari Tuhan. Telaga tersebut dianggap mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat Magetan khususnya dan Indonesia pada umumnya.
2. Kasodo
Upacara Kasodo adalah salah satu upacara adat Jawa Timur yang diselenggarakan setiap tahun pada bulan purnama. Tujuan upacara tersebut, masyarakat Tengger memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit.
Tradisi ini dilakukan dengan mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Masyarakat Tengger lainnya harus berada di tebing kawah dan meraih untuk menangkap sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah.
3. Kasada
Kasada termasuk salah satu upacara adat Jawa Timur bagi masyarakat Suku Tengger. Tujuan tradisi ini adalah salah satu wujud rasa syukur masyarakat Tengger kepada Tuhan.
Konon kabarnya, kebiasaan ini adalah upacara untuk memperingati pengorbanan seorang Raden Kusuma anak Jaka Seger dan lara Anteng. Biasanya, upacara ini dilaksanakan pada tanggal 14 sampai 16 bulan Kasada atau saat bulan purnama tampak di langit secara utuh setiap setahun sekali.
4. Temu Manten Pegon
Upacara adat Temu Manten Pegon Jawa Timur adalah proses pertemuan antara pihak mempelai pengantin laki – laki dengan pihak mempelai pengantin perempuan. Tradisi ini terkenal di Kota Surabaya. Manten Pegon atau Pengantin Pegon merupakan pengantin yang dirias sedemikian rupa. Riasan yang dilakukan merupakan akulturasi budaya antara Arab, Jawa, Belanda, dan China. Gabungan budaya tersebut menjadi warna dominan dalam busana para pengantin dan rombongan pengantin.
Saat prosesi pertemuan pengantin ini dilaksanakan ternyata dengan cara diarak yaitu mengarak pihak pengantin pria dan rombongan guna menjemput pengantin perempuan dimana setelah ditemukan keduanya kembali diarak keliling oleh rombongan. Kegiatan ini menarik perhatian warga karena berlangsung cukup meriah.
5. Tahlilan Kematian
Tahlilan Kematian juga ditemukan di Jawa Timut tepatnya di Kota Surabaya. Tahlilan sendiri merupakan prosesi kirim doa kepada pihak yang sudah meninggal dunia supaya arwahnya mendapatkan ketenangan dan tempat terbaik di sisi Tuhan.
Kebiasaan Tahlilan ini biasanya dilakukan pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, 1 tahun, dan 3 tahun usai kematian dari pihak yang meninggal. Tradisi ini merupakan perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu dimana dahulu memang terjadi proses akulturasi budaya yang hingga kini masih tetap terjaga keberadaannya di kalangan masyarakat Kota Surabaya. Tidak semua warga Jawa Timur ikut melaksanakan tradisi Tahlilan.
6. Larung Ari –Ari
Larung Ari – Ari adalah prosesi upacara adat Jawa Timur dalam bentuk kegiatan Melarung atau menghanyutkan ari – ari si jabang bayi. Ari – ari si bayi akan dilarung bersama dengan bunga 7 rupa, kendil, kain putih, dan jarum ke laut.
Tradisi atau kebiasaan Larung Ari – Ari ini dilaksanakan dengan diiringi proses menyanyikan tembang Macapat yaitu Dhandhang Gula. Usai acara melarung Ari – Ari ini selesai maka akan ditutup dengan pesta merayakan kelahiran si bayi dengan meriah. Sebagian masyarakat masih membudayakan tradisi ini hingga sekarang.
7. Nakokake
Nakokake merupakan upacara Jawa Timur. Tradisi ini adalah sebuah prosesi dimana seorang laki – laki yang ingin melamar seorang gadis pujaannya dengan cara menanyakan atau dalam Bahasa Jawa “Nakokake”. Menanyakan dalam hal ini adalah menanyakan kondisi status dari sang gadis pujaan hati apakah dirinya sudah memiliki pasangan pendamping atau belum.
Apabila sang wanita memberikan jawabannya bahwa dirinya belum memiliki suami, maka pihak lelaki akan meneruskannya dengan prosesi lamaran ke rumah sang gadis. Nakokake ini dilakukan dengan cara mengirimkan wakil atau utusan ke pihak keluarga sang gadis.
8. Peningsetan
Peningsetan adalah upacara adat Jawa Timur melamar gadis yang ada di Kota Surabaya. Saat prosesi upacara Nakokake sudah selesai dan hasilnya positif bahwa sang gadis masih single, maka Peningsetan akan segera digelar oleh pihak keluarga laki – laki dengan berkunjung ke pihak keluarga perempuan.
Peningsetan sendiri adalah proses ramah tamah yang disertai dengan acara makan bersama antara rombongan pihak pelamar lelaki dengan pihak yang dilamar perempuan. Kebiasaan ini lazim dilakukan sebelum proses pernikahan digelar.
9. Tingkepan
Tingkepan ialah upacara adat Jawa Timur, tepatnya didaerah Selametan. Tradisi ini dilakukan kepada ibu hamil yang usia kehamilannya sudah memasuki usia tujuh bulan. Keniasaan ini umumnya dilakukan kepada anak pertama.
Alasan dilaksanakannya tradisi ini adalah pembersihan dan pemohonan doa agar anak dalam kandungannya bisa lahir dengan selamat hingga ke dunia tentunya menjadi tujuan utama dari prosesi Tingkepan ini.
10. Babaran
Babaran merupakan upacara adat Jawa Timur guna merayakan kelahiran dari si anak yang sudah selamat hingga mengirup udara pertamanya di dunia ini. Tradisi ini sebagai ungkapan atau tanda syukur kepada Sang Pencipta bahwa ibu dan anak yang diberikan keselamatan selama dalam proses melahirkan sang buah hati.
Kebiasaan Babaran dikenal sebagai upacara adat yang sangat kental di kalangan warga Kota Surabaya. Tradisi ini sendiri memang merupakan kata dalam Bahasa Jawa yang berarti melahirkan. Jadi Anda tidak usah heran jika upacara untuk merayakan kelahiran sang anak dan keselamatan sang ibu dikenal dengan kata tersebut di Jawa Timur.
11. Sepasaran
Upacara Sepasaran Jawa Timur adalah syukuran yang dilakukan oleh keluarga yang sudah dikaruniai momongan. Pada saat sang buah hati sudah menginjak usia 5 hari. Disini pihak keluarga yang merayakannya akan membuat sebuah acara proses syukuran sebagai ungkapan tanda syukurnya karena telah dikaruniai momongan. Ada yang mengundang tetangganya dan sanak famili.
Kabarnya, tradisi ini tidak cuma dilakukan oleh masyarakat yang ada di Jawa Timur. Di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta upacara Sepasaran ini juga bisa kita temui.
12. Pitonan
Pitonan termasuk salah satu upacara adat Jawa Timur. Tradisi ini adalah upacara Selametan yang digelar oleh masyarakat Kota Surabaya. Kebiasaan ini dikenal dengan tujuan merayakan kelahiran anaknya dimana usia sang anak sudah menginjak usia tujuh bulan.
Setiap ada kelahiran sang buah hati, makan upacara Pitonan sebagai wujud simbol rasa syukur mereka atas kelahiran sang buah hati sang sudah diberkahi hingga umur 7 bulan. Kebiasaan Selametan ini juga bertujuan mendoakan keselataman, rejeki, serta masa depan sang anak agar menjadi baik dan sejahtera dalam perkembangan kedepannya.
13. Labuhan Pantai Ngliyep
Upacara ada Jawa Timur yang bernama Labuhan Pantai Ngliyep ini bertujuan untuk menjaga keselamatan para nelayan dari ganasnya ombak pantai selatan serta memohon berkah. Kegiatan ini biasa mereka lakukan dengan cara mempersembahkan upeti kepada penguasa gaib sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat. Konon, tradisi ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang silam, meskipun dulunya tidak sebesar sekarang ini.
Ketika puncak acara yang disebut Labuh atau Larung, aneka sesaji makanan lezat serta berbagai hidangan sakral lainnya diceburkan ke laut. Untuk waktu pelaksanaannya, Labuh umumnya dilaksanakan pada pertengahan bulan Maulud.
14. Tedhak Siten
Tedhak Siten merupakan upacara adat Jawa Timur yang diadakan karena adanya kepercayaan sementara orang bahwa tanah mempunyai kekuatan gaib. Selain itu adanya kepercayaan bahwa tanah dijaga oleh Bethara Kala. Karenanya si anak perlu dikenalkan kepada Bathara Kala sipenjaga tanah melalui upacara yang disebut Tedhak Aiten supaya Bathara Kala tidak marah.
Keyanikan masyarakat sekitar, jika Bathara Kala marah, maka akan menimbulkan suatu bencana bagi si- anak itu.
15. Upacara Kebo-Keboan Di Banyu Wangi
Setiap tahun masyarakat Banyuwangi berupaya keras mempertahankan kemurnian dan kesakralan kebudayaan mereka yang bernama upacara adat Kebo-Keboan Di Banyu Wangi. Munculnya ritual kebo-keboan berawal terjadinya musibah pagebluk. Ketika itu semua warga diserang penyakit dan tanaman diserang hama. Banyak warga kelaparan dan mati akibat penyakit misterius. Seorang sesepuh, bernama Mbah Karti mendapat wangsit dari semedinya di bukit untuk menggelar ritual kebo-keboan dan mengagungkan Dewi Sri.
Keajaiban muncul ketika warga menggelar ritual kebo-keboan. Warga yang sakit mendadak sembuh. Hama yang menyerang tanaman padi sirna. Sejak itu, ritual kebo-keboan dilestarikan. Mereka takut terkena musibah jika tidak melaksanakannya.
sumber: www.silontong.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar